Alat Musik Tradisional Bali- Bali memang terkenal dengan tradisi dan budayanya yang masih di jaga dengan baik oleh masyarakatnya.
Salah satu aspek yang mencolok adalah alat musik Bali, yang tidak hanya memiliki ciri khas tetapi juga mengandung nilai-nilai mendalam bagi masyarakatnya dan bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Oleh karena itu, Anda perlu memahami alat musik Bali, termasuk sejarah dan nilai-nilai budayanya.
Di era saat ini, masih banyak daerah yang mempertahankan tradisi menggunakan musik tradisional sebagai bagian dari perayaan mereka, dan Bali tidak terkecuali.
Kesenian musik di Bali terus di jaga dengan baik. Ayo, temukan informasi tentang alat musik tradisional Bali di bawah ini agar kamu semakin mengenal kekayaan budaya Bali, khususnya dalam seni musiknya.
Table of Contents
ToggleRagam Alat Musik Bali
Setiap alat musik tradisional tentu memiliki sejarah dan nilai-nilai budayanya yang khas. Hal ini juga berlaku untuk alat musik tradisional di Bali. Yang hingga saat ini masih aktif di gunakan dalam berbagai tradisi atau upacara keagamaan.
1. Gamelan Bali
Gamelan adalah ansambel alat musik tradisional Bali yang terdiri dari berbagai instrumen seperti gong, gambang, gendang, kempul, dan bonang.
Meskipun ansambel gamelan umumnya dapat di temui di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Jawa, Madura, Bali, dan Nusa Tenggara, setiap daerah memiliki gaya dan ciri khasnya sendiri.
Menurut sejarah, keberadaan Gamelan di Bali sudah tercatat dalam prasasti Bebetin sejak tahun 896 M, pada masa pemerintahan Raja Ugrasena di wilayah Bali. Namun, pada saat itu, bentuk gamelan masih sederhana dan belum seperti yang kita kenal sekarang.
Dalam konteks budaya Bali, Gamelan Bali terkenal dan sering di gunakan dalam berbagai acara adat dan upacara keagamaan. Oleh karena itu, Bali di akui sebagai tempat asal sekitar 25 jenis gamelan yang berbeda, tersebar di desa-desa di seluruh pulau.
2. Rindik
Rindik merupakan salah satu alat musik Bali yang terbuat dari bambu dan di mainkan dengan cara di pukul menggunakan palu khusus.
Instrumen tradisional ini memiliki lima nada dasar pada bilah bambunya. Rindik sering di pakai dalam tradisi joged bumbung, seni di mana penari wanita mengajak penonton pria untuk menari bersama.
Tidak hanya itu, Rindik juga sering di hadirkan sebagai pelengkap dalam resepsi pernikahan dan dalam penyambutan tamu.
Instrumen ini memiliki sejarah panjang. Secara singkat, Rindik awalnya merupakan angklung dari kerajaan Majapahit, yang di bawa ke Bali melalui invasi kerajaan Demak.
Orang-orang Majapahit yang tiba di Bali mengalami kesulitan merakit gamelan angklung karena rusak dan bergerak.
Ketika angklung tidak dapat di bentuk seperti biasanya tetapi masih menghasilkan suara, muncullah Rindik.
Nama Rindik berasal dari bahasa Jawa kuno yang berarti ditempatkan dengan rapi dan memiliki sedikit celah. Alat musik ini dimainkan oleh dua hingga lima orang, dengan setiap pemain memiliki peran khusus.
Dua orang memainkan Rindik, sementara yang lainnya memainkan suling dan gong puru.
Pada awalnya, Rindik digunakan sebagai hiburan untuk petani di ladang dan sebagai musik latar untuk acara masyarakat “Shirogen Bunbun”. Seiring berjalannya waktu, Rindik semakin menjadi bagian integral dalam acara-acara seperti pernikahan, resepsi, dan penyambutan tamu.
Baca Juga artikel lainnya: Definisi Seni Musik
3. Gerantang
Gerantang adalah alat musik tradisional Bali yang terbuat dari rangkaian bilah bambu.
Di Jawa Barat, kita mengenal alat musik Karun yang sangat mirip dengan alat musik Bali ini. Namun tentunya keduanya memiliki perbedaan dengan ciri khas masing-masing. Dalam tradisi Bali, instrumen Gerantang sering di gunakan dalam seni gamelan dan angklung Bali.
Alat musik ini dimainkan dengan sepasang palu khusus. Meskipun bentuknya mirip dengan alat musik Gambang Jawa, perbedaannya terletak pada bilah jaring yang terbuat dari bambu. Gerantang juga sering dipakai dalam kesenian Cupak Gerantang.
Cupak Gerantang adalah sebuah cerita yang mengisahkan tentang dua bersaudara, Cupak dan Gerantang, yang mencerminkan dua sifat manusia yang bertolak belakang.
Karakter Cupak mencerminkan sifat-sifat buruk manusia, sementara Gerantang mencerminkan sifat baik manusia. Cerita ini menjadi bagian dari kesenian tradisional yang memperkaya budaya Bali dengan makna filosofis yang mendalam.
4. Rebana Bali
Rebana sudah di kenal sebagai nama sebuah ansambel musik. Dengan kata lain, itu adalah musik rebana yang terdiri dari instrumen seperti drum yang berbentuk seperti payung dengan hanya satu mulut atau Tsukubu.
Dalam tradisi Bali, alat musik rebana ini juga merupakan bagian dari beberapa balungan gamelan Bali.
Contohnya adalah alat musik Pajangeran dan Pangaljanganberan. Rebana memiliki beberapa jenis dengan ukuran dan nada yang berbeda, termasuk di dalam ansambel Gamelan yang hanya memiliki satu rebana untuk masing-masing Pajangan dan Panglanjan.
Fungsinya adalah sebagai penutup lagu atau penanda selesainya sebuah bagian dari lagu.
Oleh karena itu, jenis rebana yang di gunakan biasanya adalah yang memiliki ukuran terbesar.
Rebana di pukul secara vertikal dan tutupnya menghadap ke kanan. Dengan posisi duduk bersila, tangan kiri memegang badan rebana sementara telapak tangan menyentuh permukaan permainan rebana.
Seperti kendang Gupekan, rebana di pukul di bagian tepi penampang kulitnya, bukan di bagian tengah. Ini menciptakan suara yang khas dan memperkaya lapisan nada dalam ansambel musik tradisional Bali.
5. Gangsa
Gangsa adalah salah satu alat musik Bali yang menjadi bagian dari ansambel Gamelan Balungan dengan bilah terbuat dari perunggu.
Di Bali, terdapat banyak gaya Gamelan Balungan yang memanfaatkan Gangsa, seperti Semara Pagulingan, Angklung, Gong Kebyar, Gong Gede, dan Gambang. Setiap bentuk daun alat musik Gangsa pada ansambel Gamelan Balungan memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Beberapa di antaranya bertindak sebagai jaringan guratan dan menentukan dimensi lagu. Sebagai contoh, dalam Gamelan yang lebih sederhana, seperti Gamelan Gamelan, hanya terdapat dua bagian tangguh Gangsa Jongkok yang di gunakan untuk pemegang melodi.
Di sisi lain, Gamelan Gong Gede memiliki delapan bagian tangguh Gangsa Jongkok dan dua belas bentuk Gang Gantung.
Perbedaan ini memberikan karakteristik unik pada setiap jenis Gamelan, menciptakan variasi dalam suara dan struktur musik, serta memberikan nuansa khas dalam pementasan seni musik tradisional Bali.
6. Gender
Alat musik Gender merupakan variasi dari Gangsa, terutama dalam segi bentuk perkusi. Mirip dengan Ganga, Gender terdiri dari susunan bilah-bilah yang di susun berdasarkan treble dan bass, serta jumlah suara.
Meskipun memiliki kesamaan, perbedaan mendasar terletak pada cara pemukulan, serta bentuk dan jenis panggul yang digunakan.
Gangsa hanya di pukul dengan satu panggul, sementara Gender menggunakan dua panggul untuk memainkannya.
Perbedaan dalam teknik memainkan keduanya tentu menciptakan karakteristik suara yang unik. Selain itu, bentuk panggul juga berbeda tergantung pada jenis alat musiknya.
Panggul Gangsa terbuat dari bambu, memiliki bentuk mirip pali dengan bagian atas yang sempit dan batang yang rata. Di sisi lain, kepala panggul Gender lebih bulat, rata, dan tidak terlalu keras.
Tangkai Gender dibuat dari kayu bundar dengan panjang sekitar satu jengkal.
Melalui perbedaan-perbedaan ini, Gender dan Gangsa tidak hanya menciptakan variasi visual yang menarik, tetapi juga memberikan nuansa khas dalam pengalaman mendengarkan seni musik tradisional Bali.
7. Calung Bungbung
Calung Bungbung adalah salah satu jenis alat musik tradisional Bali yang terbuat dari bambu, khususnya bambu gomong. Setiap batang bambu memiliki lebar dan berdiri sendiri. Alat musik Bali ini awalnya di mainkan pada malam hari di bawah bulan purnama.
Tradisi memainkannya pada malam hari memiliki latar belakang kepercayaan bahwa Calung Bungbung dapat memberikan hiburan kepada Dewi Sri (Nyi Pohaci) dan pada gilirannya melindungi tanaman padi dari serangan hama.
Namun, seiring perkembangannya, Calung Bungbung juga menjadi populer dalam berbagai seni pertunjukan, terutama digunakan dalam pertunjukan Helatan untuk menyambut tamu.
Hal ini menunjukkan bagaimana fungsi awal alat musik ini berkembang dan beradaptasi menjadi bagian integral dari kehidupan seni dan budaya masyarakat Bali.
8. Genggong Takep
Alat musik Genggong sering di sebut sebagai kecapi atau harpa mulut.
Dengung di rongga mulutnya bersentuhan dengan senar yang bergetar dan lidah yang lentur, menciptakan ciri khas instrumen Genggong Takep ini.
Genggong dapat dimainkan secara individu atau dalam kelompok, dan suara yang di hasilkan menyerupai suara jangkrik, desiran angin, dan panggilan lebah.
Genggong menghasilkan suara ketika jari kiri memegang sisi kiri instrumen, sementara tangan kanan meraih sebatang bambu kecil yang terhubung dengan rangkaian benang di ujung kanan alat musik.
Suara harpa ini di hasilkan dengan menarik benang ke samping dan memiringkannya sedikit ke depan. Penggunaan corong juga membantu mengatur volume suara, menambah atau menguranginya.
Dalam permainannya, Genggong sering membuat ekspresi wajah pemain terlihat aneh dan lucu.
Selain sebagai alat hiburan, alat musik kayu ini juga menjadi bagian dari ansambel yang mengiringi seni tari rakyat, seperti dalam cerita “Pangeran Kodok”.
Genggong, dengan keunikan suaranya, tidak hanya menyajikan hiburan tetapi juga mendukung keindahan pertunjukan seni tradisional yang memikat.